Saham DOOH (PT ERA Media Sejahtera Tbk) adalah salah satu emiten yang bergerak di sektor periklanan digital berbasis luar ruang (Digital Out of Home/DOOH). Dalam era digitalisasi yang semakin maju, industri ini menjadi lebih relevan karena bisnis dan merek berlomba-lomba mencari cara baru untuk menjangkau audiens dengan cara yang lebih efektif dan interaktif. Dengan valuasi yang menarik dan kapitalisasi pasar yang cukup besar, saham DOOH menjadi perhatian bagi para investor yang ingin berpartisipasi dalam sektor periklanan modern.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam kinerja keuangan, fundamental perusahaan, serta prospek investasi berdasarkan indikator-indikator utama yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi saham.
Profil PT ERA Media Sejahtera Tbk (DOOH)
Sejarah dan Latar Belakang Perusahaan
PT ERA Media Sejahtera Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang media luar ruang digital. Dengan fokus pada Digital Out of Home Advertising (DOOH), perusahaan menyediakan berbagai platform iklan digital yang ditempatkan di lokasi-lokasi strategis seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, jalan raya, dan transportasi publik.
Model Bisnis dan Pendapatan
DOOH memperoleh pendapatan utamanya dari kontrak pemasangan iklan digital yang dibeli oleh berbagai klien dari sektor bisnis yang beragam, termasuk FMCG, e-commerce, perbankan, dan telekomunikasi. Dengan pendekatan berbasis teknologi, DOOH menawarkan keunggulan seperti fleksibilitas dalam menampilkan iklan secara real-time, analisis data berbasis AI untuk targeting audiens, serta daya tarik visual yang lebih tinggi dibandingkan media luar ruang konvensional.
Posisi di Industri
Dengan semakin berkembangnya ekosistem periklanan digital, DOOH memiliki peluang besar untuk terus bertumbuh. Namun, industri ini juga memiliki tantangan seperti persaingan dengan platform digital lain seperti media sosial, OTT (Over-the-Top) services, dan iklan berbasis search engine.
Apa Saja Produk dan Layanan dari DOOH?
Layanan Periklanan Digital: Layanan ini mencakup pemasangan iklan digital berbasis layar LED di berbagai lokasi strategis dengan teknologi berbasis data untuk efektivitas pemasangan iklan.
Segmentasi Pasar: Klien DOOH berasal dari berbagai sektor, termasuk FMCG, e-commerce, perbankan, dan telekomunikasi.
Keunggulan DOOH: Perusahaan menawarkan solusi iklan yang lebih fleksibel dibandingkan iklan statis, dengan sistem otomatisasi dan analisis data untuk meningkatkan engagement audiens.
Kinerja Keuangan Saham DOOH
Most Recent Quarter (FY 2024)
Jumlah Saham Beredar: 7,737 miliar lembar saham
Kapitalisasi Pasar: Rp. 1,022 triliun
Harga Saham Terbaru: Rp. 132 per lembar saham
Analisis Fundamental Perusahaan
Laporan Keuangan
Penjualan: Rp. 117,6 miliar
Total Aset: Rp. 258,7 miliar
Liabilitas: Rp. 35,88 miliar
Ekuitas: Rp. 222,8 miliar
Arus Kas: -Rp. 2,745 miliar
Laba Operasional: Rp. 4,705 miliar
Dari laporan keuangan ini, kita melihat bahwa DOOH masih dalam tahap pertumbuhan dengan ekuitas yang cukup besar, namun memiliki tantangan dalam cash flow negatif. Ini menunjukkan bahwa perusahaan masih dalam fase investasi tinggi atau menghadapi masalah efisiensi operasional.
Earnings
Dividen Per Saham: IDR 0,00 (Belum membagikan dividen)
Earning Per Share (EPS): 0,77 (Rendah, menandakan potensi pertumbuhan belum optimal)
Revenue Per Share: 15,21
Book Value Per Share: 28,80
Cash Flow Per Share: -0,35
Valuasi Saham
Dividend Yield: 0,00% (Menandakan saham ini bukan tipe income stock, lebih fokus pada capital gain)
Price Earnings Ratio (PER): -898,10x (Menunjukkan valuasi yang sangat tinggi dengan potensi risiko kerugian)
Price Sales Ratio (PSR): 8,68x (Menunjukkan harga saham lebih tinggi dibandingkan pendapatan yang dihasilkan)
Price Book Value Ratio (PBV): 4,58x (Menandakan valuasi cukup tinggi dibandingkan nilai buku perusahaan)
Profitabilitas
Gross Profit Margin: 20,40% (Profitabilitas cukup menarik)
Operating Profit Margin: 4,00% (Menunjukkan profitabilitas operasional yang masih rendah)
Net Profit Margin: -0,97% (DOOH masih mengalami kerugian bersih)
Return On Equity (ROE): -0,51% (Efisiensi penggunaan ekuitas masih rendah)
Return On Assets (ROA): -0,44% (Menunjukkan profitabilitas aset masih kurang optimal)
Likuiditas
Debt to Equity Ratio: 0,16x (Menunjukkan utang relatif rendah dibandingkan ekuitas)
Quick Ratio: 0,00x
Current Ratio: 0,00x (Menunjukkan likuiditas sangat rendah, potensi kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek)
Harga Saham DOOH
Prospek dan Risiko Investasi Saham DOOH
Prospek
1. Industri Digital Out-of-Home (DOOH) Sedang Bertumbuh
Pasar periklanan digital luar ruang (DOOH) mengalami pertumbuhan pesat seiring dengan pergeseran dari media tradisional ke digital. Banyak perusahaan mengalokasikan anggaran iklan ke media berbasis teknologi, terutama di lokasi-lokasi strategis seperti pusat perbelanjaan, jalan utama, dan area komersial.
- Tren digitalisasi periklanan → Meningkatnya penggunaan layar digital interaktif dan AI dalam pemasaran.
- Dukungan infrastruktur → Pemerintah terus memperluas jaringan transportasi dan pusat komersial, meningkatkan demand untuk iklan luar ruang.
- Perubahan perilaku konsumen → Semakin banyak perusahaan beralih ke DOOH karena efektivitasnya dibanding billboard statis.
2. Valuasi Saham DOOH Masih Menarik untuk Investor Agresif
Meskipun rasio Price to Earnings (PER) DOOH tercatat -898,10x, ini lebih disebabkan oleh laba yang masih terbatas. Namun, jika perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitas, valuasi sahamnya bisa lebih rasional.
- Price to Sales Ratio (PSR) sebesar 8,68x menunjukkan bahwa saham ini dihargai cukup tinggi dibanding pendapatannya, mencerminkan ekspektasi pertumbuhan bisnis.
- Price to Book Value (PBV) sebesar 4,58x menandakan saham diperdagangkan di atas nilai bukunya, yang umum terjadi pada sektor berbasis pertumbuhan.
3. Potensi Akuisisi dan Ekspansi Bisnis
DOOH baru saja menarik investor strategis PT Media Retail Indonesia yang membeli 5,85% sahamnya. Masuknya investor ini bisa memperkuat modal perusahaan untuk ekspansi jaringan dan teknologi digital advertising.
- Potensi ekspansi ke kota-kota besar lainnya di Indonesia dapat meningkatkan market share.
- Kemitraan dengan perusahaan besar untuk penggunaan DOOH sebagai media periklanan utama bisa mempercepat pertumbuhan pendapatan.
Risiko
1. Profitabilitas Masih Rendah dan Rugi Bersih
Meskipun DOOH memiliki prospek pertumbuhan, secara fundamental perusahaan masih mencatat rugi bersih dengan Net Profit Margin (-0,97%). Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap profitabilitas yang rendah meliputi:
- Beban operasional yang tinggi → Pengelolaan jaringan media digital membutuhkan biaya besar, termasuk pemeliharaan perangkat dan infrastruktur.
- Persaingan ketat di industri periklanan → Kompetitor besar seperti MNC Group dan Viva Media bisa menyulitkan DOOH dalam mendapatkan kontrak iklan eksklusif.
2. Cash Flow Negatif, Risiko Likuiditas
Arus kas DOOH saat ini negatif (-2,745 miliar), yang berarti perusahaan lebih banyak mengeluarkan uang dibanding yang diterima. Ini meningkatkan risiko likuiditas dan ketergantungan pada pendanaan eksternal.
- Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 0,16x memang masih sehat, tetapi cash flow negatif bisa menjadi tanda peringatan bagi investor.
- Quick Ratio dan Current Ratio di 0,00x → Ini menunjukkan DOOH belum memiliki aset lancar yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
3. Risiko Regulasi dan Suspensi Saham
BEI telah beberapa kali melakukan pengawasan dan suspensi saham DOOH akibat pergerakan harga yang ekstrem. Hal ini bisa menjadi indikasi spekulasi tinggi atau kemungkinan adanya informasi yang belum sepenuhnya transparan ke publik.
- Suspensi bisa menghambat likuiditas saham → Investor ritel yang ingin keluar dari saham ini bisa kesulitan menjual kepemilikannya saat perdagangan dihentikan.
- Ketidakpastian regulasi terkait periklanan digital → Kebijakan pemerintah terhadap media luar ruang bisa berdampak langsung pada operasional dan pendapatan DOOH.
Berita Terbaru tentang Emiten atau Saham DOOH
Berikut adalah beberapa berita terbaru terkait saham PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH):
Melejit sebulan lalu Suspensi Perdagangan Saham DOOH oleh BEI
Pada 31 Januari 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham DOOH di Pasar Reguler dan Pasar Tunai. Langkah ini diambil setelah terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan, di mana dalam sepekan terakhir saham DOOH melonjak 51,04%, dan sepanjang tahun berjalan 2025 telah naik sebesar 150%. Suspensi ini bertujuan memberikan waktu bagi investor untuk mempertimbangkan informasi yang ada sebelum mengambil keputusan investasi. (sumber : https://market.bisnis.com/read/20250131/7/1835705/melejit-150-sebulan-saham-era-media-sejahtera-dooh-disuspensi-bursa)
Akuisisi Saham DOOH oleh PT Media Retail Indonesia
Pada 16 Januari 2025, PT Media Retail Indonesia membeli 452,26 juta lembar saham DOOH melalui PT Yuanta Sekuritas Indonesia dan PT Jasa Utama Capital Sekuritas. Pembelian ini menjadikan PT Media Retail Indonesia sebagai pemegang 5,85% saham DOOH. Langkah ini menunjukkan minat investor institusi terhadap prospek PT Era Media Sejahtera Tbk di industri periklanan digital. (sumber : https://www.idnfinancials.com/id/news/52120/media-retail-indonesia-investor-era-media-dooh-shares)
Pengawasan BEI terhadap Pergerakan Saham DOOH
Sebelum suspensi dilakukan, pada 16 Januari 2025, BEI telah memasukkan saham DOOH ke dalam radar Unusual Market Activity (UMA) karena pergerakan harga dan pola transaksi yang di luar kebiasaan. Hal ini menandakan bahwa otoritas bursa telah memantau secara ketat volatilitas yang terjadi pada saham DOOH untuk melindungi kepentingan investor. (sumber : https://www.emitennews.com/news/alasan-bei-suspensi-saham-dooh-di-seluruh-pasar)
DOOH adalah saham yang menarik untuk dipertimbangkan bagi investor yang mencari peluang pertumbuhan jangka panjang dalam sektor periklanan digital. Namun, dengan kondisi keuangan saat ini yang masih mencatatkan rugi bersih serta arus kas negatif, saham ini memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi.
Bagi investor dengan profil risiko tinggi yang ingin masuk ke industri periklanan digital, DOOH bisa menjadi pilihan, tetapi harus dengan pemantauan ketat terhadap perkembangan fundamental keuangan perusahaan.
Source data : IDX
0Komentar